Kamis, 11 November 2010

MESTINYA

Mestinya ada bunga diatas vas, disamping meja makan, tempat sarapan pagi dihidangkan, sambil memandang matahari pagi merambat mendaki lembah, melumuri punggung bukit yang membentang bagaikan ikan paus didepan teras kamar hotel, tempatku menginap menuliskan rencana-rencana raksasa.

Mestinya ada bau harum, rambut hitam panjang yang tergerai diatas seperai dan sepasang mata yang bersinar terang, lalu senyum diatas bibir yang tak berhenti untuk tersenyum, sepasang tangan yang akan memeluk dan sepasang buah dada yang menganga, serta musik asmara yang basah birahi.

Mestinya ada cita-cita yang tinggi, akal yang tak pernah kering, serta usaha yang terus-menerus, untuk mengucapkan dan mewujudkan segala yang tercipta dalam mimpi dan imajinasi, agar ulang tahun ke lima puluh Republik ini menjadi lebih semarak.


Mestinya aku juga berhenti meminta banyak hal yang tak ada, lalu melakukan segalanya dari kosong, seperti dilakukan oleh para pejuang negeri ini yang merebut kemerdekaan dengan nyawa, tanpa keinginan untuk menikmatinya sendiri.
Mestinya aku bekerja saja dan menghentikan berfikir, karena begitu berfikir, aku akan terus menimbang untung rugi dan buntutnya tak pernah berjuang.

 [Putu Wijaya - 1995]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar