Selasa, 22 Maret 2011

Salut buat Jepang!

Salut buat Jepang. Kendati banyak penduduk tewas dan bangunan yang luluh lantak oleh musibah tsunami, disusul pula radiasi nuklir yang membuat kekhawatiran semakin berlipat: ada satu hal yang tak sanggup dimusnahkan oleh bencana - bencana yang mengerikan itu. Ya, Jepang itu sendiri! Lho?

Kebanggan dan keyakinan orang Jepang terhadap 'Jepang' tak akan pernah habis. Yang dimaksud 'Jepang yang tak pernah musnah' adalah moral, etika dan tanggungjawab yang sudah menjadi nilai dasar bangsa Jepang turun-temurun. Yang bukan hanya retorika dan penghias batang tubuh visi-misi sebuah bangsa.

Jepang adalah sebuah negara yang berhasil menanamkan jiwa ksatria hampir keseluruh warganya. Negara yang dapat memupuk rasa tanggungjawab, disiplin, kerja-keras serta etos kerja positif lainnya: dengan sabar dan subur. Contoh riilnya banyak sekali, diantaranya:

Harakiri - Peristiwa bunuh diri yang terhormat - Terlepas dari orang (non Jepang) menganggap itu adalah sebuah kebodohan, harakiri secara logika dapat dipahami sebagai langkah menebus kesalahan fatal yang telah dilakukan. Perbuatan atau langkah yang mengakibatkan lingkungan diluar diri kita (pribadi) menerima dampak dari kesalahan yang telah diperbuat. Baik itu kesalahan dalam skala keluarga hingga kepada lingkup negara. [sekarang prosesi harakiri mulai cenderung beralih: mengundurkan diri dari jabatan/kepercayaan yang diemban]

Begitu pula dengan budaya mempertahankan amanah. Dibandingkan dengan banyak negara yang juga mengalami bencana hebat - kasus penjarahan pasca tsunami di Jepang hampir tidak ada. Saya tidak berani menyatakan tidak ada sama sekali, tapi mungkin begitulah kenyataannya. Masyarakat yang selamat pasca tsunami, walau kekurangan dan kesulitan melanda, mereka masih sungkan terhadap diri sendiri untuk melakukan hal yang tak terpuji itu. Urusan perut bukan segalanya. Walau dalam kondisi terjepit sekalipun.

Menurut saya, hulu dari sikap hebat tersebut adalah integritas diri. Sikap yang boleh saya sebut sebagai karakter khas orang Jepang. Disiplin dan kerja keras juga adalah bumbu pelengkap dari etos hidup masyarakat Matahari itu. Tak dapat dipungkiri, sikap itu sudah dimiliki bangsa yang besar ini sejak zaman kekaisaran kuno-nya hingga hari ini.

Memang tak seratus persen orang Jepang memiliki sikap ksatria itu - tapi peristiwa pasca tsunami setidaknya telah menampilkan karakter asli mereka. Bukankah watak asli manusia akan muncul dalam keadaan sulit? Bagaimana dengan orang Indonesia?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar