Kamis, 26 Agustus 2010

Persatuan Pecinta Koruptor

Koruptor dihukum mati? Waaah... Bisa berabe urusannya. Selain melanggar HAM untuk hidup, perbuatan itu juga akan menyengsarakan orang banyak. Secara langsung ataupun tidak. Gak percaya? Saya coba kaitkan rantai penghubungnya ya. Bismillah.

[Saya spesifikkan dulu bahasan koruptornya. Pada tulisan saya ini; condong kepada koruptor dikalangan orang - orang yang melubangi pundi duit pemerintah, bukan pihak private/ swasta]

Kematian koruptor mengakibatkan kesengsaraan orang banyak? Yup. Tak cuma pihak keluarga atau handai taulan saja yang akan berduka. Keluarga yang tak kasat mata pun turut tertunduk haru: karena akan mengurangi asupan kantong dan dompet mereka untuk selamanya. Pergi bersama Sang Pahlawan. Pahlawan?
Kenapa saya sebut begitu? Karena Ia telah berani berkorban untuk orang lain. Mempertaruhkan reputasi, martabat dan integritas diri.

Contoh konkritnya begini - Korupsi yang dilakukan oleh Kepala Daerah (KD), Anggota Dewan (AD) atau Para Penegak Hukum (PPH) // Baru dengar ya istilah ini - Lha iya, baru saya buat kok -*-

Untuk modus/ latar belakang korupsi KD dan AD hampir sama. Selain berfikir mencari untung pribadi dari celah kelemahan sistem keuangan negara; mereka juga sudah me-mind sett dana yang akan dicolong juga harus dibagi kebanyak pihak. Intinya, agar duit pribadi tak terpakai untuk keperluan 'ummat'. Baik buat ummat yang sudah dipersiapkan atau ummat yang datang dari belahan alam gaib.

Ya misalnya untuk simpatisan yang super loyal, organisasi atau lembaga binaan yang bisa jadi corong, juga tokoh - tokoh publik yang bisa back up kebijakan atau pendapat. Baik untuk pencitraan atau keperluan lain. Poinnya, harus banyak duit lah. Untuk populer sekaligus memiliki citra positif dimata masyarakat, mutlak harus kerap menabur. Masyarakat tak mau tau sumbernya darimana.

Nah kalau kita bicara mendalam ke hal tekhnis, korupsi bisa saja terkesan seperti tidak korupsi. Maksudnya pengeluaran anggaran dibuat 'wajar'. Misal untuk pemberian bantuan kepada kelompok X atau kelompok Y, yang realitanya anggaran tersebut tidak direncanakan. Dicarilah dana dari alokasi lain (perjalanan dinas fiktif, bantuan sosial rekayasa, bantuan dari pos anggaran yang mudah disulap, dll). Kemudian dibuat seolah alokasi dana tersebut sesuai penggunaan, padahal untuk kelompok - kelompok tadi. Bermain dengan aman. KD dan AD lihai bermain seperti ini. "Menyuburkan kebun Mawar dengan mencuri pupuk di kebun Melati". Maaf kalau peribahasa ini janggal... sekali lagi, ini cuma idiom saya..ehmm.ehm.

Kembali ke bahasan menjadi KD dan AD yang populer sekaligus memiliki citra positif tadi/
Duit hasil korupsi inilah yang selanjutnya akan menjalin keterikatan emosi mereka yang terpilih dengan genk-nya secara berkelanjutan. Proposal dan bantuan akan jadi win win solution bagi semua pihak. Pihak dalam artian sepaham dan sejalan. Tidak untuk pihak yang heterogen diluar. Jika pun ikut mencicipi dana hasil permainan tersebut, jumlahnya tak akan seberapa. Jadi, kemenangan para KD dan para AD, seolah kemenangan kelompok. Bukan kemenangan masyarakat lokal secara mutlak. Sekali lagi, untuk populis dan beraura positif, harus banyak uang.

Bagaimana dengan para KD dan para AD yang tak menerapkan pola dan permainan seperti itu? Ya tidak populer. Citranya kurang mengakar di bawah. Dan akan banyak menemui kritikan, sandungan serta hujatan selama masa jabatannya. Itu pasti. Karena tak punya uang untuk menyenangkan banyak pihak. Disebut pelit dan tak mau balas budi.
[Beda dengan pola kepemimpinan tempoe doeloe. Duit bukanlah segalanya. Orang masih memiliki semangat kebersamaan, jiwa ikhlas, serta pengorbanan untuk kemajuan bersama yang tinggi]


Oh iya, satu lagi hampir ketinggalan...
Korupsi yang dilakukan oleh Para Penegak Hukum (PPH). Modus atau latar belakang korupsi jenis ini agak berbeda. Lebih banyak berfikir untuk memperkaya diri sendiri. Kalau buat orang lain pun, paling untuk atasan yang memiliki kekuasaan yang bisa mempengaruhi keadaan atau buat rekanan terdekat saja. Beda sekali dengan pola KD dan AD yang harus memikirkan banyak kepala. Tapi bagaimanapun PPH ini juga berjasa buat orang lain..kwkwkwkw.

PPH era ini menjadikan KD dan AD lumbung mereka. Begitu juga dengan pegawai - pegawai yang bekerja dibawah naungan negara secara langsung; juga jadi buruan yang wangi. Tak perlu saya jelaskan panjang lebar pola dan sistem mereka bermain, kalau ada kawan pengacara [putih] atau siapapun yang pernah berurusan dengan hukum, pasti lah lebih paham, seterang - terangnya.
Dari aparat penegak hukum yang menangkap, memperkarakan, mengadili hingga menahan sama saja. Tanya saja para pecinta - pecinta koruptor itu.... Ok deh, thanks ya udah ikut baca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar